Petinju yang identik pada kaum laki laki, akan tetapi sudah tak asing bafi pecinta petinju mendengar petinju wanita, partisipasi wanita dalam olahraga tinju saat ini sangat besar, meskipun tidak semua negara memberi izin atau mengeluarkan izin kepada petinju perempuan, dan sebagian besar negara secara resmi melarang olahraga tersebut. Karena tinju merupakan olahraga yang dilakukan secara individu dan bukan latihan tim, maka diyakini bahwa pelajaran kemandirian dan disiplin akan dipandang oleh laki-laki sebagai ancaman terhadap cara hidup mereka dan kemampuan mereka untuk mengendalikan perempuan.
Tinju wanita pertama kali muncul di Olimpiade sebagai olahraga demonstrasi pada tahun 1904, Namun tinju wanita sangat kontroversial. Pada awal tahun 1926, namun Pada tahun 1997, Asosiasi Tinju Amatir Inggris menyetujui kompetisi tinju wanita pertamanya. Pertandingan pertama seharusnya diadakan antara dua petinju berusia tiga belas tahun.
Pertama sekali penyebutan tinju wanita yang paling awal dalam catatan perjalanan seorang pria Jerman yang mengunjungi London pada tahun 1710. Saat mengikuti pertandingan tinju pria, ia bertemu dengan seorang wanita di antara penonton yang mengaku sebelumnya pernah bertinju dengan wanita lain di tempat yang sama.
Seiring berjalannya waktu, petinju wanita mulai di terima di berbagai negara dan tinju wanita mulai meningkat di banyak tempat di negara-negara Selatan. Kompetisi regional pertama yang mengikutsertakan wanita adalah pada European Games pada tahun 2001, namun pada tahun 2007 South-East Asia Games juga menyertakan tinju wanita. Kompetisi regional lainnya di Asia dan Amerika Selatan juga memasukkan tinju wanita pada tahun 2010 dan 2011.
Petinju wanita asal London, Inggris, Caroline Dubois perna berhasil merebut sabuk juara dunia tinju kelas ringan versi IBO dengan menundukkan Magali Rodriguez. Ia sempat menjatuhkan petinju wanita asal Meksiko itu tiga kali dalam duel 10 ronde tersebut. dengan kemenangan angka mutlak buat Dubois. Ketiga juri memberikan skor pertarungan dengan angka 98-89, 97-90 dan 99-88 buat petarung dari Inggris tersebut.
Caroline Dubois bisa dikatakan petinju petarung wanita yang tangguh. Dia tampil dengan penuh semangat. Bahkan saat saya menjatuhkan lawan dia benar-benar menginginkannya dan itulah yang saya butuhkan," ungkap Dubois. Bahkan setelah merasakan kemenangan Ia tetap bekerja keras untuk mencapai tujunanya mendapatkan status penantang wajib untuk gelar dunia kelas ringan tak terbantahkan melawan Katie Taylor. Dimana Katie Taylor perna memegang Gelar juara dunia tinju wanita sebelum di kalahkan oleh petinju wanita Chantelle Cameron
Pada saat Caroline Dubois memperebutkan sabuk juara kelas ringan versi IBO, Ia menghadapi tantangan terbesar dalam karier profesionalnya. Dalam perjalanannya menuju laga memperebutkan gelar IBO yang melawan petinju wanita yang merupkan merupakan mantan penantang gelar juara dunia WBA dan pemegang gelar kelas ringan WBC Silver yang di kenal dengan panggilan Rodriguez, sehingga pertarungan ini menjadi tantangan yang berat untuk Caroline Dubois. akan tetapi Dubois tidak perna patah semangat bahkan Ia menghadapinyadengan begitu bersemangat untuk melihat apa yang akan terjadi. Hingga mendapatkan hasil yang begitu memuaskan berhasil menyabet kemenangn impresif, serta sempat mengirim Rodriguez ke kanvas melalui hook kanan keras di ronde kesembilan. dengan kemampuan dan ketangguhannya Dubois dapat membuat petinju Rodriguez yang sempat terhuyung-huyung dan jatuh ke kanvas lagi di ronde kesembilan. akan tetapi Rodriguez juga petinju yang hebat sehingga masih sanggup berdiri, bahkan melanjutkan pertarungan serta memberikan perlawanan tanpa kenal lelah di ronde terakhir.