Sembuhkan Tinju Indonesia
JAKARTA - Miris nya nasib tinju amatir Indonesia. Setelah gagal meraih emas pada SEA Games Manila tahun 2019 kemarin, kini Indonesia sudah dipastikan tidak punya wakil petinju yang akan tampil pada Olimpiade Tokyo tahun 2021. Kepastian itu didapat setelah Satuan Tugas Tinju (Boxing Task Force – BTF) Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee – IOC) membatalkan kualifikasi dunia (World) Olimpiade Tokyo atau kualifikasi terakhir yang dijadwalkan di Paris, Prancis, 13-24 Mei 2021.
Empat petinju Indonesia yang dikirim ke babak kualifikasi Olimpiade zona Asia-Oceania di Amman, Jordania, 3-11 Maret 2020, tak satu pun merebut tiket untuk mengikuti Olimpiade Tokyo 2020. Keempat petinju tersebut adalah Aldom Suguro (52 kg-putra), Lucky Mira Agusto Hari (57 kg-putra), Maikhel Roberd Muskita (75 kg-putra), dan Silpa Lau Ratu (57 kg-putri).
Aldom sempat menang angka 5-0 atas petinju Pakistan Syed Muhammad Asif, tapi kalah di babak berikutnya 0-5 dari petinju Uzbekistan Shakhobidin Zoirov. Lucky sempat mendapat bye di babak pertama, tapi kalah 0-5 dari petinju Jordania Mohammad Abdelaziz Mohamm Alwadi. Maikhel menang 5-0 dari George Tanao (Asamoa), dan di babak kedua menang 3-2 atas Ryan Scaife (New Zealand). Di perempat final, Maikhel kalah 0-5 dari Kumar Ashish (India), dan mendapat kesempatan lagi untuk merebut satu tiket di kelas 75 dengan petinju Mongolia, tapi kalah 0-5. Sedangkan, Silpa langsung kalah 1-4 dari petinju Srilanka, Krismi Ayoma Dulanj Lankapurayalage.
Kualifikasi zona Asia-Oceania ini diikuti 365 petinju dari 35 negara, dan memperebutkan 63 tiket Olimpiade dari 13 kelas yang dipertandingkan (8 kelas putra dan 5 kelas putri).
Executive Committee Konfederasi Tinju Asia (ASBC), Shelly Selowati H. Soejono yang dihubungi Kamis (18/2/2021) mengatakan, pembatalan kualifikasi tersebut secara otomatis menutup peluang petinju pelatnas Olimpiade Indonesia yang sudah dipersiapkan untuk memperebutkan 53 tiket tersisa bagi petinju-petinju yang tidak lolos di empat zona: Asia/Oceania, Afrika, Eropa, dan Amerika.
"Ya, pembatalan babak kualifikasi dunia terakhir di Paris itu memastikan telah menutup peluang pintu petinju Indonesia untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2021. Ini merupakan keempat kali pelaksanaan Olimpiade secara berturut-turut tanpa kehadiran petinju Indonesia," katanya.
Ini merupakan sejarah buruk keikutsertaan tinju Indonesia pada Olimpiade. Mulai dari Olimpiade Muenchen 1972, petinju Indonesia hanya tidak tampil pada Olimpiade Moskow 1980 dan Olimpiade Sydney 2000.
Cabang olahraga tinju pernah berjaya. Sederet nama petinju amatir Indonesia sudah menghiasi kancah Asia dan dunia.Di kancah Asia, Frans van Bronkhorst menjadi juara kelas welter Asia tahun 1973. Lalu, Wiem Gommies yang meraih kejayaan pada era 60-an hingan awal 90-an. Pria kelahiran Ambon 31 Desember 1945 ini merupakan peraih emas kelas menengah Asian Games VI Bangkok 1970 dan Asian Games VIII Bangkok 1978. Dan, Pino Bahari yang meraih emas kelas menengan pada Asian Games Beijing, China 1990.
Begitu juga di Olimpiade. Ada tiga petinju yang mencatat sejarah manis dengan menembus perempatfinal Olimpiade. Yakni, Ferry Moniaga (Kelas Layang) pada Olimpiade Munchen 1972, Albert Papilaya (Kelas Menengah) pada Olimpiade Barcelona 1992 dan La Paena Masara (Kelas Layang) pada Olimpiade Atlanta 1996.
Hal ini mengharuskan adanya pembenahan untuk tinju amatir di Indonesia. Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina) menyiapkan sedikitnya 4 pembenahan tinju amatir di Indonesia. "Kami membenahi sarana dan prasarana tinju di pusat dan daerah," kata pimpinan baru PP Pertina Komaruddin Simanjuntak usai dilantik Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman hari ini.
Komaruddin menambahkan, pihaknya juga akan membenahi organisasi. Langkah ketiga adalah menambah frekuensi pertandingan minimal 15 kali dalam setahun. "Keempat, kami akan memasukkan sport science dalam tinju," pungkas Komaruddin Simanjuntak.